Arti Kun Fayakun dan Tafsirnya


Dahsyatnya Kun Faya kun merupakan sebuah kata-kata yang sangat mempunyai arti yang mendalam. Lalu, apa sebenarnya makna dari Kunfayakun? Kemudian, bagaimana dengan penciptaan langit dan bumi selama enam hari? Kita akan membahasnya di bawah ini.

Telah menjadi ketentuan menurut ahlu iman yang kuat dan ketauhidan yang sempurna, bahwa Allah Jalla Wa’ala Maha mampu segala sesuatu, kekuasan-Nya maha suci tanpa batas, maka bagi-Nya kukuasaan penuh, dan keinginan yang sempurna, akhir semua masalah dan qado’. Kalau menginginkan sesuatu, maka akan jadi seperti yang diinginkan dan pada waktu yang diinginkan serta dengan cara yang diinginkan-Nya Subhanahu Wa Ta’ala.

Telah ada nash-nash yang pasti dari Kitab Tuhan kita dan sunnah Nabi kita sallallahu’alaihi wa sallam akan penetapan hal ini serta penjelasan yang gamblang tidak ada keraguan.

Kami cukupkan disini dengan menyebutkan sebagian ayat yang manunjukkan akan hal itu. diantaranya Firman-Nya Ta’ala:

( بديع السموات والأرض وإذا قضى أمراً فإنما يقول له كن فيكون ) البقرة /117

"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.” [QS. Al-Baqarah: 117].

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsiri ayat ini, 1/175: ‘Hal itu Allah menjelaskan kesempurnaan kekuasaan-Nya, keagungan kerajaan-Nya. Kalau sekiranya ingin mentakdirkan suatu perkara dan menginginkan sesuatu, (cukup) dengan mengatakan kun (jadilah) hanya sekali, maka jadilah (fa yakun). Yakni maka akan ada sesuai dengan keinginan-Nya sebagaimana firman-Nya, ‘Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.’ [QS. Yasin: 82]. Begitu juga Firman Allah, ‘." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.” [QS. Ali Imron: 47]. Firman-Nya Ta’ala, ‘Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.” [QS. Ghofir: 68]. Firman lainnya, ‘Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.’ [QS. Al-Qamar: 50].


Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya ketika menafsiri ayat ini, 4/261: “Ini adalah kabar akan pelaksanaan dari perintah-Nya dipenciptaan-Nya. Sebagaimana dikabarkan melaksanakan kekuasan-Nya kepada mereka, sehingga Allah berfirman ‘Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan.’ Yakni sesungguhnya kami memerintahkan sesuatu sekali saja, tidak membutuhkan penguatan kedua kali. Maka akan jadi apa yang Kami perintahkan itu akan terjadi dan ada hanya sekejap mata, tidak terlambat dari sekejap mata. Alangkah indahnya ungkapan sebagian ahli syair:
‘Ketika Allah menginginkan sesuatu, cukup hanya mengatakan ‘Jadilah’ dalam ucapan, maka akan jadi.’ Selesai.

Disana ayat-ayat lain yang menegaskan dan menjelaskan masalah ini. Kalau hal ini telah mantap, kenapa Allah Jalla Jalaluhu menciptakan langit dan bumi selama enam hari?

Pertama, telah ada banyak ayat di Kitab Tuhan kami bahwa Allah Jalla Wa’ala menciptakan langit dan bumi selama enam hari. Diantaranya adalah firman-Nya Ta’ala:

( إن ربكم الله الذي خلق السماوات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش ... ) الأعراف /54

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.” [QS Al-A’raf: 54].

Kedua, tidaklah suatu urusan yang Allah lakukan, melainkan di dalamnya terdapat hikmah nan dalam. Dan ini termasuk diantara arti nama Allah Ta’ala ‘Al-Hakim (Maha Bijaksana)’.

Hikmah ini terkadang Allah nampakkan dan terkadang tidak dinampakkan. Terkadang diketahui dan dibuat istimbat (pengambil hukum) bagi orang yang mendalam ilmunya tanpa (diketahui) oleh orang lain.

Meskipun begitu, ketidaktahuan kita tentang hikmah ini, tidak menjadikan untuk meniadakan atau menolak hukum-hukum Allah dan mencoba dengan memaksakan dan bertanya-tanya tentang hikmah yang Allah sembunyikan ini.

Allah Ta’ala berfirman:
( لا يُسأل عما يفعل وهم يسألون ) الأنبياء /23
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” [QS. Al-Anbiya’: 23].

Sebagian ulama’ mencoba untuk mencari hikmah dari penciptaan langit dan bumi selama enam hari,

1.       Imam Al-Qurtuby rahimahullah berkata dalam tafsirannya ‘Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an’ pada surat Al-A’raf: 54, 4/7/140, "Disebutkan masa ini yakni enam hari. Kalau ingin menciptakan dalam waktu sekejap, pasti akan dilakukan. Dimana Dia Maha Mampu dengan mengatakan ‘jadilah’ maka akan jadi. Akan tetapi Dia menginginkan, agar para hamba mengetahui sisi kelembutan dan ketepatan dalam segala urusan. Agar terlihat kemampuan-Nya kepada Malaikat sedikit demi sedikit. Dan hikmah lainnya, diciptakan selama enam hari, karena segala sesuatu di sisi-Nya ada ajalnya. Hal ini menjelaskan dengan membiarkan pelaku kemaksiatan mengobati dengan hukuman, karena segala sesuatu disisi-Nya telah ada ajalnya."

2.       Ibnu Al-Jauzi berkata di tafsirnya yang dinamakan ‘Zadul Masir, 3/162 dalam menafsiri ayat di surat Al-A’raf, "Kalau dikatakan, kenapa tidak diciptakan sekejep. Karena Dia mampu (melakukannya)? Dari sini ada lima jawaban :

Yang pertama, Dia menginginkan ketepatan setiap hari suatu masalah yang diagungkan oleh para Malaikat dan orang yang menyaksikannya. (Jawaban) ini disebutkan oleh Ibnu Al-Anbari

Kedua, Dia menguatkan sebagai pembukaan apa yang akan diciptakan untuk Adam dan keturunannya sebelum diciptakan. (Hal itu akan) lebih kuat pengagungannya di sisi para Malaikat

Ketiga, Bahwa lebih cepat itu lebih mengena dari sisi kekuasaan. Sedangkan lebih tepat itu lebih mengena dari sisi hikmah. Maka ingin memperlihatkan hikmah dalam hal itu, sebagaimana terlihat kekuasan-Nya dalam ungkapan ‘Kun Fayakun.

Keempat, Bahwa "Dia mengajarkan kepada para hamba-Nya agar lebih tepat, kalau melakukan yang lebih tepat itu dilakukan oleh yang tidak pernah tergelincir, maka orang yang (sering) punya kegelinciran itu lebih utama untuk lebih tepat (dalam seluruh urusannya).
Kelima, dengan berlahan-lahan dalam menciptakan sesuatu. Akan lebih jauh persangkaan, bahwa hal itu terjadi secara tabiat atau kebetulan saja."

3.       Al-Qadi Abu As-Saud berkata dalam tafsirnya pada ayat di surat Al-A’raf, 3/232, "Dalam menciptakan sesuatu secara berlahan-lahan, padahal mampu menciptakan secara langsung, sebagai tanda pilihan, diambil pelajaran bagi yang melihat dan anjuran untuk tenang dalam segala urusan."

Dan beliau berkata tentang tafsir ayat (59) dari surat Al-Furqan, 6,266: "Sesungguhnya yang menciptakan makhluk begitu besar dengan sangat teliti serta kesinambungan nan indah, pengaturan yang kuat, ketertiban yang tepat pada waktu-waktu tertentu. Disertai dengan kesempurnaan kekuasaan-Nya untuk langsuang menciptakan, terdapat hikmah nan agung, tujuan nan indah dimana akal fikiran tidak dapat memperincinya."

Dari perincian tadi, maka jelaslah bahwa Allah yang tinggi kemampuan-Nya, agung kekuasan-Nya. Mempunyai kekuatan penuh, akhir (segala) keinginan, kesempurnaan mengatur. Dia mempunyai pada setiap makhluknya, hikmah-hikmah yang tinggi yang tidak dapat diketahui melainkan Dia.

Begitu juga telah jelas bagi anda sebagian hikmah-hikmah serta rahasia penciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala langit dan bumi pada waktu enam hari, meskipun Dia Mampu menciptakannya dengan ucapan "Kun (jadilah)"

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita, keluarga serta para shahabat.

oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid