Kata Mutiara Hikmah Ustadz Yazid Jawas

Ulama yang lurus selalu mengeluarkan perkataan yang berlandaskan dengan ilmu. Di antaranya adalah Asy-Syaikh Al-Walid Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah. Beliau adalah tokoh reformis (pemurni) Islam dan merupakan Ulama Salafi Kontemporer Terbesar di Indonesia. Petuah-petuahnya memiliki untaian hikmah yang sangat mendalam. Allah memberinya kecerdasan batin hingga dengan karunia Allah ‘Azza wa Jalla banyak kaum muslimin di Indonesia mampu mendapatkan faedah tak ternilai untuk menjadi seorang mukmin yang ikhlas dalam menjalani roda kehidupan selaras dengan petunjuk-Nya.

FAKTA 12: KATA MUTIARA

Oleh karenanya, kami mengumpulkan sebanyak 100 lebih kata mutiara bijak dari orang tua kita yang mana kehidupannya dipenuhi dengan cahaya ilmu, amal serta istiqomah dalam membela kebenaran.
Kata Bijak ini kami kumpulkan dari sumber yang valid, yakni bersumber dari kitab-kitab karangan dari Ustad Yazid, seperti “Prinsip Dasar Islam”, “Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga”, “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah, dan berbagai edisi dari Majalah As Sunnah.



1. Dunia ini dilaknat oleh Allah Azza wa Jalla. Artinya, apa saja yang melalaikan manusia dari ibadah kepada Allâh maka dia terlaknat.

2. Kehidupan dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina, karena dunya artinya paling rendah atau hina. Kehidupan dunia yaitu sesuatu yang sedikit dan kecil, kehidupan yang penuh dengan syahwat dan fitnah. Akhir dari dunia adalah kefanaan dan kemusnahan.

3. Seorang Muslim tidak boleh tertipu dengan nikmat-nikmat dan kesenangan, fasilitas, kekayaan, dan apa yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang kafir yang berbentuk kenikmatan dunia yang ada pada mereka.

4. Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah menjadi makmur.

5. Tidak ada seorang makhluk pun yang boleh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, melainkan harus sesuai dengan syari’at Islam. Maksudnya setiap orang harus beribadah kepada Allah Azza wa Jalla sesuai dengan syari’at Islam.

6. Dunia ini lebih hina, lebih jelek daripada bangkai kambing yang cacat. Mengapa banyak manusia tertipu dengan dunia padahal Allâh sudah ingatkan agar manusia tidak tertipu dengan dunia.

7. Sesungguhnya aqidah dan manhaj Salaf ini dikenal dengan riwayat bersambung yang sampai kepada imam-imam Ahlus Sunnah dan ditulis dengan penjelasan yang benar dan akurat.

8. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi ultimatum keras terhadap siapa saja yang menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menentang beliau dan menyalahi jalannya orang-orang yang beriman yaitu jalannya para Shahabat.

9. Kesenangan dunia, keindahannya, kenikmatannya, dan kelezatannya hanyalah sesaat, pasti hilang, pasti hancur, dan semua manusia pasti akan kembali kepada Allâh Azza wa Jalla.

10. Tidak ada suatu kebaikan melainkan telah ditunjukkan oleh Islam dan tidak ada keburukan melainkan telah diperingatkan oleh Islam.

11. Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka.

12. Dosa dan maksiat menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan dan selalu merasa berat untuk melakukannya.

13. Islam mengajurkan agar menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, berziarah kubur, dan mendo’akan sesama kaum Muslimin.

14. Dalam mencari rizki, seseorang hendaknya berikhtiar terlebih dahulu, baru kemudian bertawakal (menggantungkan harapan) hanya kepada Allah Azza wa Jalla.

15. Islam melarang perbuatan menggunjing (ghibah), yaitu membicarakan keburukan orang lain dan mengadu domba (namimah), yaitu mengadakan provokasi di antara sesama untuk menimbulkan kerusakan dan permusuhan.

16. Kebaikan seluruhnya terdapat dalam Islam. Tidak ada kebaikan baik di kalangan orang Arab maupun non Arab, melainkan dengan Islam.

17. Suatu amal shalih yang sedikit dapat menjadi amal shalih yang banyak dengan sebab Islam yang shahih, yaitu tauhid dan ikhlas.

18. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa kecintaan yang paling tinggi.

19. Ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan). Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’.

20. Orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).

21. Ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya.

22. Kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah.

23. Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata.

24. Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau orang yang dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo’a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.

25. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adakah sebaik-baik makhluk, makhluk yang paling utama dan paling mulia di hadapan Allah Ta’ala, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat kepada Allah.

26. Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dan harus didahulukan daripada kecintaan kepada segala sesuatu selain kecintaan kepada Allah.

27. Orang yang beriman akan merasakan manisnya iman apabila hanya Allah dan Rasul-Nya yang paling ia cintai.

28. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat.

29. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih dari dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.

30. Zakat merupakan ibadah yang berhubungan dengan harta benda. Melalui zakat akan tercipta keseimbangan sosial, terhapusnya kemiskinan, terjalin kasih-sayang dan saling menghargai sesama muslim.

31. Shalat akan mendidik seorang muslim agar selalu takut dan mengharap kepada Allah. Yang dengannya, seorang muslim akan menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak diridhai Allah.

32. Amal tergantung pada akhirnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh tertipu dengan amal-amal yang telah kita kerjakan. Kita tidak boleh berkeyakinan, bahwa banyaknya amal yang telah dilakukan menjamin kita akan masuk surga. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah, agar kita senantiasa memohon kepada Allah, sehingga memasukkan diri kita ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka, serta memohon agar amal-amal kita diterima oleh-Nya. Hendaknya seorang muslim berada dalam dua keadaan, yaitu khauf (takut) dan raja’ (harap).

33. Walaupun Allah telah menetapkan rizki bagi kita, akan tetapi kita tetap wajib berusaha untuk mencarinya. Hal ini menjadi sebab untuk mendapatkan rizki. Kemudian, sekecil apapun rizki yang kita dapatkan, maka harus disyukuri.

34. Sesungguhnya kebaikan itu menentramkan hati, sedangkan keburukan membuat hati serba ragu dan tidak tenteram.

35. Mempelajari Tauhid Asma’ wa Shifat akan membersihkan hati yang lemah. Apabila seorang hamba mengetahui bahwa Allah saja yang dapat memberikan manfaat dan mudharat, maka ia akan menghilangkan rasa takut kepada manusia.

36. Apabila seorang hamba memahami apa yang Allah sediakan bagi orang yang bertakwa dari surga, maka dia akan meremehkan kelezatan dunia yang sementara ini.

37. Di antara sebab-sebab riya’ adalah takut terhadap celaan manusia. Tetapi orang yang berakal akan mengetahui, bahwa takut terhadap celaan atau murka Allah adalah lebih utama. Hendaklah ia (orang yang riya’) mengetahui, bahwa takut terhadap celaan Allah adalah dengan mendekatkan diri kepadaNya.

38. Orang yang berbuat ikhlas akan senantiasa takut pada riya’. Oleh karena itu ia akan bersungguh-sungguh melawan tipu daya manusia dan memalingkan padangan mereka agar tidak memperhatikan amal-amal shalihnya.

39. Banyak orang binasa karena takut celaan manusia, senang dipuji, hingga tindak-tanduknya menuruti keridhaan manusia, mengharapkan pujian dan takut terhadap celaan mereka. Padahal yang seharusnya diperhatikan adalah, hendaknya kita bergembira dengan keutamaan dan rahmat dari Allah, bukan dengan pujian manusia.

40. Pujian manusia tidak pula membuat kaya dan berumur panjang. Begitu pula celaan manusia ketika kita meninggalkan sesuatu. Celaan manusia tidak membuat kita berada dalam bahaya dan tidak pula memendekkan umur kita, serta tidak menangguhkan rezeki.

41. Faktor yang dapat mendorong berbuat ikhlas ialah berteman dengan orang-orang yang ikhlas, agar kita dapat mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik.

42. Orang yang ikhlas adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, menolong orang lain dan memberi makan karena mengharap wajah Allah. Mereka tidak mengharapkan balasan dan ucapan terimakasih dari seorang pun.

43. Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Seseorang tidak akan dapat mencapai keikhlasan kalau tidak bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, kecintaan kepada kedudukan dan ketenaran, gila harta, sanjungan, dengki, dendam, dan lain-lainnya.

44. Memadukan antara puasa dan sedekah lebih ampuh dalam menghapus dosa, melindungi serta menjauhkan diri dari neraka jahannam, terlebih lagi jika kedua perkara itu digabung dengan shalat malam.

45. Menghibur orang-orang miskin merupakan salah satu wujud seseorang mensyukuri nikmat Allah.

46. Jangan putus asa dalam menuntut ilmu, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.

47. Hendaknya para penuntut ilmu mencari nafkah untuk biaya hidupnya terutama bagi mereka yang telah berumah tangga bahkan wajib hukumnya bagi mereka. Ia tidak boleh malas bekerja dan menjadi beban orang lain, apalagi dengan meminta-minta.

48. Seorang penuntut ilmu wajib menghormati ustadz (guru)nya yang telah mengajarnya, wajib beradab dengan adab yang mulia, juga harus berterima kasih kepada guru yang telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepadanya.

49. Masyarakat akan menjadi baik dan mulia dengan adanya amar ma’ruf nahi munkar dan mereka akan binasa, rusak dan hina dengan sebab meninggalkan kewajiban ini.

50. Dakwah harus memenuhi tiga syarat, aqidahnya benar, manhajnya benar, dan beramal dengan benar.

51. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafa’at dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika ketika mengucapkan shalawat diiringi dengan permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Kiamat.

52. Setiap pemberontakan melawan pemerintah, membuat kerusakan, mengganggu stabilitas keamanan, menakut-nakuti dan mengadakan teror bagi kaum Muslimin, maka umumnya pelakunya adalah orang kafir, atau munafik atau Khawârij atau syi’ah. Karena sesungguhnya Islam tidak pernah mengajarkan untuk membuat kerusakan, sebaliknya Islam mengajak kepada kedamaian dan keamanan.

53. Dengan membaca al-Qur’an akan didapatkan berbagai ilmu dan pengetahuan. Disamping itu akan melahirkan kebersihan jiwa, kejernihan perasaan, dan mempertebal ketakwaan. Membaca al-Qur’an merupakan kebaikan dan merupakan syafaat yang akan diberikan pada hari Kiamat kelak.

54. Menghafal al-Qur’an merupakan keutamaan yang besar. Melalui hafalan, hati akan lebih hidup dengan cahaya Kitabullah, manusia juga akan segan dan menghormatinya. Bahkan dengan hafalan itu derajatnya di akhirat akan semakin tinggi, sesuai dengan banyaknya hafalan yang dimiliki.

55. Termasuk prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah tidak mengadakan provokasi atau penghasutan untuk memberontak kepada penguasa meskipun penguasa itu berbuat zhalim. Tidak boleh melakukan provokasi, baik dari atas mimbar, tempat khusus atau pun umum, dan media lainnya.

56. Sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi masyarakat yang tidak mau menasihati penguasanya dengan cara yang baik. Juga tidak ada kebaikan, bagi penguasa yang menindas rakyatnya dan membungkam orang-orang yang berusaha menasihatinya bahkan menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar suara-suara kebenaran.

57. Di antara adab nasihat dalam Islam adalah menasihati saudaranya dengan tidak diketahui orang lain. Karena barangsiapa yang menutupi keburukan saudaranya, maka Allâh akan menutupi keburukannya di dunia dan akhirat.

58. Ahlus Sunnah tidak suka dan tidak rela dengan kezhaliman dan kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa atau lainnya. Akan tetapi cara mengingkari kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa dan cara menasihati penguasa harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan atsar Salafush Shalih.

59. Hati orang tua menjadi pemuda karena dua hal, yaitu cinta dunia dan panjang angan-angan.

60. Panjang angan-angan, merasa masih berusia panjang adalah penyakit berbahaya dan kronis bagi manusia. Jika penyakit ini menjangkiti seorang Muslim, maka itu akan membawa kepada indikasi yang lebih serius. Misalnya ia mulai menjauhi perintah Allâh Azza wa Jalla , enggan bertaubat, cinta kepada dunia, lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, dan membuat hati menjadi keras.

61. Orang yang beriman dengan iman yang benar dan berakal sehat, maka dia tidak cinta kepada dunia dan tidak mau disibukkan dengan dunia, tidak suka dengan kedudukan dan jabatan, karena kecintaan manusia kepada jabatan atau kepemimpinan akan membawa kepada kerusakan.

62. Jika seseorang benar-benar beriman, maka segala urusannya merupakan kebaikan. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan ketika susah, ia bersabar.

63. Iman dibangun di atas sabar dan syukur. Sesungguhnya pangkal syukur adalah tauhid dan pangkal sabar adalah meninggalkan hawa nafsu.

64. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari suatu dosa yang pernah dilakukan seseorang. Disegerakannya hukuman bagi seorang Mukmin di dunia justru itu baik baginya sehingga dengan itu Allâh akan menghapuskan dosa-dosanya dan ia akan berjumpa dengan Allâh Azza wa Jalla dalam keadaan bersih dan selamat.

65. Seorang hamba -betapapun tinggi derajatnya- tidak boleh berhenti dari berdoa, memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, karena yang demikian lebih menampakkan kehinaan dan kerendahan kepada-Nya.

66. Karamah yang diperoleh para wali adalah kabar gembira yang disegerakan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam kehidupan dunia.

67. Taubat merupakan jalan kebahagiaan, jalan menuju surga, pembersih hati, penghapus dosa, dan menjadi sebab keridhaan Allâh Azza wa Jalla.

68. Dosa dan kesalahan akan berakibat keburukan dan kehinaan bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat, bila orang itu tidak segera bertaubat kepada Allah.

69. Shalat merupakan qurratul ‘ain (kesenangan hati) di dunia ini bagi orang-orang yang cinta (kepada Allah), karena di dalamnya dia bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla, yang tidak ada kesenangan, tidak ada ketentraman hati dan tidak ada ketenangan jiwa kecuali hanya kepada-Nya, dengan menikmati dzikir kepada-Nya, merendah dan tunduk kepada-Nya serta dekat dengan-Nya.

70. Orang yang cinta kepada Allâh, istirahatnya dan kesenangan hatinya terdapat dalam shalat. Adapun orang yang lalai dan berpaling, maka dia tidak merasakan kenikmatan tersebut, bahkan shalat merupakan hal yang besar dan berat baginya.

71. Muraqabah (yaitu rasa selalu diawasi oleh Allâh), yaitu dimana seorang hamba beribadah kepada Allah Azza wa Jalla seolah-olah dia melihat-Nya. Hal ini bisa muncul disebabkan kesempurnaan imannya kepada Allâh, nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

72. Kadar kedekatan seorang hamba kepada Allâh adalah sesuai dengan kadar ihsan yang dimilikinya.

73. Persatuan yang dikehendaki dalam agama Islam adalah kesatuan dalam akidah, manhaj, dan berpegang teguh kepada al-Qur`an dan Sunnah menurut pemahaman salafus shalih.

74. Dalam mengajak manusia kepada persatuan dan berpegang teguh kepada agama Allâh Azza wa Jalla itu wajib ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Tidak mungkin manusia bersatu tanpa melarang mereka dari perbuatan syirik, bid’ah, maksiat dan penyimpangan lainnya.

75. Jika kaum Muslimin bersatu di atas Sunnah, mereka akan mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla, kebaikan dan kekuatan. Dan jika mereka berselisih, yang terjadi adalah kelemahan, kekalahan, dan kehancuran.

76. Orang yang meninggalkan shalat telah berbuat dosa besar yang paling besar, lebih besar dosanya di sisi Allâh daripada membunuh jiwa, mengambil harta orang lain.

77. Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan.

78. Apabila rakyat ingin selamat dari kezhaliman pemimpin mereka, hendaknya mereka meninggalkan kezhaliman itu juga.

79. Malu yaitu rasa yang menimpa seseorang ketika dia melakukan perbuatan yang membuatnya gelisah. Malu termasuk sifat yang terpuji. Akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya juga malu. Sampai-sampai Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit, tetapi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah malu dalam kebenaran.

80. Orang yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat disebabkan oleh dua faktor; pertama adalah rusaknya iman, dan yang kedua adalah rusaknya akal.

81. Dunia adalah tempat kesedihan, bukan tempat kebahagiaan. Dunia tak ubahnya seperti awan pada musim kemarau yang membumbung di langit namun hanya sebentar lalu menghilang.

82. Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak disiksa karena dunia, ia disiksa pada tiga keadaan. Ia disiksa di dunia dalam bentuk usaha, kerja keras untuk mendapatkannya, dan perebutan dengan sesama pecinta dunia.

83. Orang yang tujuannya dunia akan dicerai beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di depan pelupukmatanya. Sehingga ia selalu merasa kurang, tidak cukup, dan fakir, padahal Allah telah memberikan nikmat yang banyak.

84. Orang yang tujuannya adalah akhirat, maka Allah Azza wa Jalla kumpulkan seluruh urusannya, Allâh Azza wa Jalla jadikan hatinya itu merasa cukup dengan rezeki yang Allâh Azza wa Jalla berikan dan dunia akan datang dalam keadaan hina.

85. Hendaknya seorang Muslim zuhud terhadap dunia dan pendek angan-angannya. Semua umur ini akan ditanya oleh Allâh Azza wa Jalla. Oleh karena itu jangan sampai disibukkan dengan dunia dan jangan disibukan dengan angan-angan kosong.

86. Jika seseorang di dalam hatinya sering mengingat kematian dan bersemangat dalam urusan akhirat, maka dia akan masuk ke dalamorang-orang yang berlomba dalam kebaikan dan amalan shalih. Sebaliknya, jika hati seseorang lalai dari mengingat kematian dan lupa kalau dirinya pasti akan meninggalkan dunia ini, maka dia akan menjadi keras hatinya dan malas melakukan ketaatan.

87. Jika seseorang mampu melakukan ketaatan, atau melakukan suatu amal kebaikan, maka hendaklah ia bersegera melakukannya. Jangan ditunda atau diakhirkan.

88. Bergegas menuntut ilmu agama di masa muda. Karena masa ini adalah masa yang penuh kekuatan, semangat dan tekad yang kuat.

89. Seseorang tidak cukup hanya mengetahui tauhid saja dan mengamalkannya, akan tetapi ia juga harus mengetahui lawan dari tauhid tersebut, yaitu syirik. Karena khawatir akan terjebak pada perbuatan tersebut yang dapat merusak tauhidnya. Karena seseorang yang tidak mengetahui sesuatu, ia bisa saja terjatuh pada perbuatan tersebut.

90. Keridhaan orang tua harus kita dahulukan daripada keridhaan istri dan anak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa anak yang durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tidak akan masuk surga dan Allâh Azza wa Jalla tidak akan melihatnya pada hari Kiamat.

91. Orang yang durhaka kepada orang tuanya, hidupnya tidak berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka kekayaannya tidak akan menjadikannya bahagia.

92. Hendaklah memperhatikan kedua orang tua seumur hidup dan jangan merasa lelah, capek, maupun letih dalam berbakti kepada keduanya, sebagaimana kita tidak merasa capek dan letih dalam taat kepada Allâh Azza wa Jalla.

93. Jika selama ini kita pernah durhaka kepada orang tua, segeralah minta maaf dan berbuat baik kepada keduanya. Jangan mengulangi lagi dan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya.

94. Seandainya kedua orang tua sudah meninggal, mohonkanlah ampunan kepada Allâh Azza wa Jalla untuk keduanya, do’akan mereka dan jalinlah silaturahim dengan teman-teman kedua orang tua.

95. Kalau ingin bahagia dan mendapat berkah dari Allâh Azza wa Jalla dan diluaskan rizki serta dipanjangkan umur dan dimudahkan segala urusan dan dimasukkan ke dalam surga maka harus terus berbuat baik kepada orang tua.

96. Jangan lupakan semua yang pernah diberikan kedua orang tua karena semua kebaikan mereka tidak dapat dihitung dengan apa pun juga.

97. Saling mencintai karena Allâh Azza wa Jalla memiliki keutamaan yang sangat besar, bukan hanya mereka akan dikumpulkan dan diberikan naungan, bahkan mereka akan diberikan mimbar-mimbar dari cahaya oleh Allâh Azza wa Jalla di hari Kiamat.

98. Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mencela serta mengecam sifat bakhil, kikir dan pelit. Bakhil, kikir, dan pelit adalah sifat yang tercela, tabi’at yang hina, dan perangai yang jelek.

99. Dengan iffah (kesucian diri) dan merasa berkecukupan maka akan terwujud kehidupan yang baik bagi seorang hamba, nikmat dunia, dan qanâ’ah (merasa puas) atas apa yang Allâh berikan padanya.

100. Di antara tanda kejujuran itu adalah tenangnya hati, sebaliknya di antara tanda kedustaan adalah kebimbangan hati.

101. Setiap hamba harus menjaga kata-katanya, tidak berbicara kecuali dengan jujur. Jujur ini adalah bentuk kejujuran yang paling jelas dan paling dikenal. Seorang hamba hendaknya menjauhi kata-kata bermakna ganda, karena ia saudara tiri dari dusta kecuali dalam keadaan darurat dan dituntut demi kemaslahatan.

102. Orang yang selalu berlaku jujur akan dicatat di sisi Allâh sebagai shiddiq (suka jujur). Dan telah diketahui, bahwa kejujuran itu derajat yang tinggi yang tidak dapat dicapai kecuali oleh segelintir manusia.

103. Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.

104. Melihat kepada yang di atas kita dalam hal dunia akan mengakibatkan seseorang tidak bersyukur atas nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadanya, selalu mengeluh, dan bersedih.

105. Dzikir membersihkan hati dari karatnya, karena segala sesuatu ada karatnya dan karat hati adalah lalai dan hawa nafsu. Sedang untuk membersihkan karat ini adalah dengan taubat dan istighfar.