Featured Post

Ad Block

Tipuan Setan yang Menyuruh Membaca Ayat Kursi


Setan dikenal sangat pintar dalam menipu manusia. Setan sangat lihai dalam membungkus kesesatan mereka sedemikian rupa, hingga semua ajakan mereka nampak sebagai kebenaran, bahkan ibadah. Salah satu cara yang ditempuh oleh setan adalah membungkus ilmu sihir dengan menyuruh orang untuk membaca Ayat kursi 1000 kali.

Bagaimana cara setan menjerumuskan manusia dengan menyuruhnya membaca ayat kursi, Mari kita simak video yang meneceritakan kisah nyata Dialog Ustadz Badrusalam dengan Temannya.


Jika anda tertarik untuk menyimak video ceramah full dari cuplikan diatas, silakan simak video dibawah yang berjudul "Macam-Macam Sihir dan Cara Melawannya - Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc."


Semoga kita semua dapat terhindar dari segala macam bentuk tipuan setan. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Perbandingan Besarnya Arsy dan Kursi Allah

Bagaimana perbandingan besarnya Arsy Allah dengan Kursi Allah, dan dari keduanya mana yang lebih besar. Hal ini penting dibahas karena dapat menumbuhkan keimanan dan pengagungan kita kepada Tabaraka wa Ta'ala bahwasanya Allah Ta’ala lebih mulia dari segala makhluk yang ada, yang Dia ciptakan. Allah Tabaraka wa Ta'ala lebih besar dari segala makhluk-makhluk tersebut.


Terdapat sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dzar yang menjelaskan tentang betapa besarnya Arsy. Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Wahai, Rasulullah ayat apa yang paling besar dan paling agung didalam Alquran?” Rasulullah menjawab, “Ayat kursi. Perbandingan tujuh langit dengan kursi Allah seperti satu gelang yang dilemparkan di tengah-tengah bumi ini. Dan perumpamaan besarnya Arsy Allah dengan kursi seperti perumpamaan bumi ini dengan gelang besi itu.”

Dalam hadits lainnya dijelaskan,

مَا السَمَوَاتُ السَبْعُ وَالأَرْضُوْنَ السَبْعُ وَمَا بَيْنَهُنَّ وَمَا فَيْهِنَّ فِيْ الكُرْسِي إِلاَ كَحَلَقَةِ مُلْقَاةٌ بِأَرْضِ فَلاَة وَإِنَّ الكُرْسِي بِمَا فِيْهِ بِالنِسْبَةِ إلَىالْعَرْشِ عَلَى كتِلْكَ الحَلَقَةِ عَلَىتِلْكَ الفلاَةِ

“Tidak langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa yang ada diantara dan di dalamnya dibandingkan dengan Kursi kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilempar ke tanah lapang, dan Kursi dengan apa yang ada didalamnya dibandingkan dengan Arsy seperti lingkaran (gelang) tersebut pada tanah lapang tersebut.” [Silsilah Ahadits al-Shahihah No.109].

Demikianlah Arsy, singgasana Allah dan ciptaan-Nya yang paling besar. Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang Arsy ini harus kita imani sesuai dengan keterangan dari Allah dan Rasul-Nya, tanpa menolaknya, tanpa mengilustrasikan atau mengandai-andaikannya yang membuatnya keluar dari apa yang telah dijelaskan.

Bolehkah Membaca Ayat Kursi Ketika Sholat?


Ayat Kursi diperbolehkan dibaca ketika Shalat Fardhu, tepatnya setelah membaca Surat Al Fatihah, berdasarkan keumuman firman Allah tabaraka wa ta'ala

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآَنِ) المزمل:20)

Artinya: “Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Quran.” (Qs. Al-Muzammil: 20)

Maksudnya adalah di dalam shalat (Ma’alimut Tanzil, Al-Baghawy 8/257)

Dan keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ثم اقرأ بأم القرآن وبما شاء الله أن تقرأ

Artinya: “Kemudian bacalah Ummul Quran (Al-Fatihah) dan apa yang Allah kehendaki untuk kamu baca.” (HR.Abu Dawud dan ini adalah lafadz beliau, At-Tirmidzy, dari Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh At-Tirmidzy dan Syeikh Al-Albany)

Berkata Qais bin Abi Hazim rahimahullahu:

“Aku shalat di belakang Ibnu Abbas di Bashrah kemudian pada rakaat pertama beliau membaca Alhamdulillah (yakni:Al-Fatihah) dan ayat pertama dari surat Al-Baqarah (yakni ألم), kemudian beliau ruku’, kemudian ketika rakaat kedua beliau membaca Alhamdulillah (yakni: Al-Fatihah) dan ayat kedua dari surat Al-Baqarah, kemudian beliau ruku’. Setelah selesai shalat maka beliau menghadapkan diri beliau kepada kami seraya berkata: Sesungguhnya Allah berfirman: فاقرؤوا ما تيسر منه (Maka bacalah apa yang mudah darinya) (Dikeluarkan oleh Ad-Daruquthny 1/136 no:1279, dan Al-Baihaqi 2/60 no:2371, isnadnya dihasankan oleh Ad-Daruqutny)

Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu:

نرى أنه لا بأس أن يقرأ الإنسان آية من سورة في الفريضة وفي النافلة

“Kami memandang diperbolehkan seseorang membaca satu ayat dari sebuah surat ketika shalat fardhu maupun sunnah.” (Asy-Syarh Al-Mumti’ 3/74)

Dengan demikian diperbolehkan setelah Al-Fatihah kita membaca ayat kursy dalam shalat fardhu maupun sunnah, tanpa mengkhususkan atau menyunahkan membaca ayat tersebut pada shalat tertentu karena ini membutuhkan dalil.

Wallahu a’lam.

Oleh Ustadz Abdullah Roy, Lc hafizhahullah

Meminta Syafaat Hanya Kepada Allah

Ayat kursi yang agung ini juga mengandung pelajaran penting tentang syafaat. Bahwa syafaat adalah milik Allah dan hanya boleh meminta syafaat kepada Allah semata. Allah berfirman :

مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?”

Allah Ta’ala tidak melarang meminta syafaat secara mutlak, bahkan terdapat syafaat yang diterima di sisi Allah, yaitu syafaat yang mendapat izin dari Allah terhadap orang yang mentauhidkan-Nya. Syafaat yang diterima oleh Allah harus memenuhi dua syarat, yaitu:


Pertama : Izin syafaat dari Allah Ta’ala. Semua syafaat adalah milik-Nya semata, sebagaimana Allah berfirman :

قُلِ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا … {44}

“Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya” (Az Zumar:44)

Tidak ada sesuatupun yang memberi syafaat, baik itu malaikat maupun Nabi tanpa izin Allah ‘Azza wa Jalla.

Kedua : Ridho Allah terhadap orang yang diberi syafaat. Orang yang meminta syafaat adalah ahli tauhid yang tidak menjadikan selain Alah sebagai pemberi syafaat, sebagaimana firman-Nya :

وَلاَيَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى …{28}

“dan mereka (para malaikat) tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah” (Al Anbiya’:28)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ

“Manusia yang beruntung dengan syafaatku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah, dengan tulus dari lubuk hatinya.” [HR Bukhari 99]

Syafaat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam –tentunya setelah mendapat izin dari Allah- tidak akan didapatkan kecuali oleh ahli tauhid murni. Ini bertentangan dengan keyakinan kaum musyrikin yang menyangka bahwa syafaat akan diberikan dengan menjadikan wali-wali mereka sebagai pemberi syafaat, serta beribadah dan mencintai sesembahan selain Allah.

Bolehkah Wanita Haid Membaca Ayat Kursi?

http://www.ayat-kursi.com

Sebagian orang menganggap bahwa wanita haid dilarang membaca Ayat Al Qur'an, termasuk di dalamnya adalah Ayat Kursi? Lalu, bagaimana sebenarnya hukum membaca ayat kursi bagi wanita haid?

Jawaban :

Diperbolehkan bagi wanita yang sedang haid untuk membaca Al-Quran, yang termasuk didalamnya, yaitu Ayat Kursi dan surat-surat lainnya karena tidak adanya dalil yang shahih yang melarang. Bahkan dalil menunjukkan bahwa wanita yang haid boleh membaca Al-Quran, diantaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha yang akan melakukan umrah akan tetapi datang haid:

ثم حجي واصنعي ما يصنع الحاج غير أن لا تطوفي بالبيت ولا تصلي

“Kemudian berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji kecuali thawaf dan shalat.” (HR.Al-Bukhary dan Muslim, dari Jabir bin Abdillah)

Berkata Syaikh Al Albani:

فيه دليل على جواز قراءة الحائض للقرآن لأنها بلا ريب من أفضل أعمال الحج وقد أباح لها أعمال الحاج كلها سوى الطواف والصلاة ولو كان يحرم عليها التلاوة أيضا لبين لها كما بين لها حكم الصلاة بل التلاوة أولى بالبيان لأنه لا نص على تحريمها عليها ولا إجماع بخلاف الصلاة فإذا نهاها عنها وسكت عن التلاوة دل ذلك على جوازها لها لأنه تأخير البيان عن وقت الحاجة لا يجوز كما هو مقرر في علم الأصول وهذا بين لا يخفى والحمد لله

“Hadist ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid membaca Al-Quran, karena membaca Al-Quran termasuk amalan yang paling utama dalam ibadah haji, dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membolehkan bagi Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan seandainya haram baginya membaca Al-Quran tentunya akan beliau terangkan sebagaimana beliau menerangkan hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca Al-Quran (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena tidak adanya nash dan ijma’ yang mengharamkan, berbeda dengan hukum shalat (ketika haid). Kalau beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Aisyah dari shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum membaca Al-Quran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa membaca Al-Quran ketika haid diperbolehkan, karena mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh, dan ini jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.” (Hajjatun Nabi hal:69).

Namun jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid ingin membaca Al-Quran maka dilarang menyentuh mushhaf atau bagian dari mushhaf, dan ini adalah pendapat empat madzhab, Hanafiyyah [Al-Mabsuth 3/152], Malikiyyah [Mukhtashar Al-Khalil hal: 17-18], Syafi’iyyah [Al-Majmu’ 2/67], Hanabilah [Al-Mughny 1/137].

Mereka berdalil dengan firman Allah ta’alaa:

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (الواقعة: 79)

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.”

Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mushaf yang kita dilarang menyentuhnya adalah termasuk kulitnya/sampulnya karena dia masih menempel. Adapun memegang mushhaf dengan sesuatu yang tidak menempel dengan mushhaf (seperti kaos tangan dan yang sejenisnya) maka diperbolehkan.

Faedah Dahsyat dari Nama Allah Al Hayyu Al Qayyum

Sebagian ulama memasukkan nama Al-Hayyu Al-Qayyum dalam nama Allah yang agung (ism Allah al-a’zham) seperti yang dipilih oleh Ibnul Qayyim dalam Zaad Al-Ma’ad (4: 187). Dasarnya adalah hadits berikut.

عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَالِسًا وَرَجُلٌ يُصَلِّى ثُمَّ دَعَا اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ.

فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ الَّذِى إِذَا دُعِىَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى »

Dari Anas, ia pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dalam keadaan duduk lantas ada seseorang yang shalat, kemudian ia berdo’a, “Allahumma inni as-aluka bi-anna lakal hamda, laa ilaha illa anta al-mannaan badii’us samaawaati wal ardh, yaa dzal jalali wal ikram, yaa hayyu yaa qayyum [artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu karena segala puji hanya untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Banyak Memberi Karunia, Yang Menciptakan langit dan bumi, Wahai Allah yang Maha Mulia dan Penuh Kemuliaan, Ya Hayyu Ya Qayyum –Yang Maha Hidup dan Tidak Bergantung pada Makhluk-Nya-].”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ia telah berdo’a pada Allah dengan nama yang agung di mana siapa yang berdo’a dengan nama tersebut, maka akan diijabahi. Dan jika diminta dengan nama tersebut, maka Allah akan beri.” [HR. Abu Daud no. 1495 dan An-Nasa’i no. 1301. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih].

http://www.ayat-kursi.com

Ibnul Qayyim dalam Zaad Al Ma’ad (4: 187) berkata, “Do’a ‘yaa hayyu yaa qayyum, bi rahmatika astaghits …’ punya kandungan yang luar biasa.

Sifat hayyu (kehidupan) mengandung makna bahwa Allah memiliki sifat sempurna dan mengonsekuensikan sifat sempurna tersebut. Sedangkan sifat qayyum mengandung makna seluruh sifat fi’liyah (sifat yang menunjukkan perbuatan Allah).

Oleh karena itu, nama Al-Hayyu Al-Qayyum termasuk dalam nama Allah yang agung (ism Allah Al A’zham) di mana jika seseorang berdo’a dengannya, akan dikabulkan. Jika meminta dengannya, akan diberi.

Kalau disebut Allah memiliki sifat hayat (kehidupan) yang sempurna, maka tentu Allah terlepas dari berbagai cacat (penyakit). Karenanya, penduduk surga mengalami kehidupan yang sempurna yang tidak lagi merasa cemas, susah, sedih, dan kesengsaraan lainnya.

Kalau sifat hayat (kehidupan) tak sempurna, berarti berpengaruh pada perbuatan yang tidak sempurna. Sehingga sifat qayyum pula jadi tidak sempurna. Sifat qayyum yang sempurna (ketidakbergantungan pada makhluk) pasti berasal dari sifat hayat (kehidupan) yang sempurna. Sifat hayyu (kehidupan) yang sempurna menunjukkan adanya sifat lain yang sempurna. Sedangkan sifat qayyum yang sempurna menunjukkan sifat perbuatan yang sempurna.

Karenanya seseorang yang bertawassul dengan sifat hayyu dan qayyum punya pengaruh besar, di mana ia akan dihilangkan dari sifat yang bertentangan dengan sifat kehidupan (seperti dijauhkan dari penyakit, pen.) dan dapat dihilangkan dari sifat jelek lainnya.”

Amalkan doa di atas dan manfaatkan nama Allah Al-Hayyu Al-Qayyum ketika kita memanjatkan do’a. Moga Allah mengabulkan setiap do’a kita. Aamiin, Ya Mujibas Sa-ilin.

oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Tiga Waktu Penting Membaca Ayat Kursi

Ada beberapa keterangan dari hadits shahih seputar tiga waktu utama untuk membaca ayat yang paling mulia di dalam Al Qur'an, yaitu Ayat Kursi, berikut adalah tiga waktu tersebut :

http://www.ayat-kursi.com

1. Ketika pagi dan petang

Mengenai orang yang membaca ayat kursi di pagi dan petang hari, dari Ubay bin Ka’ab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَرَأَتْهَا غُدْوَةً أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُمْسِيَ ، وَإِذَا قَرَأَتْهَا حِيْنَ تُمْسِي أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُصْبِحَ

“Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.” (HR. Al Hakim 1: 562. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 655)

2. Sebelum tidur

Hal ini dapat dilihat dari pengaduan Abu Hurairah pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seseorang yang mengajarkan padanya ayat kursi.

دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »

Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311)

3. Setelah shalat lima waktu

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الجَنَّةِ اِلاَّ اَنْ يَمُوْتَ

“Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.” (HR. An-Nasai dalam Al Kubro 9: 44. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, sebagaimana disebut oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram). Maksudnya, tidak ada yang menghalanginya masuk surga ketika mati.

Intinya, ayat kursi punya keutamaan yang luar biasa sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.

عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قَالَ قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ »

Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abul Mundzir, ayat apa dari kitab Allah yang ada bersamamu yang paling agung?” Aku menjawab, “Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum.” Lalu beliau memukul dadaku dan berkata, “Semoga engkau mudah memperoleh imu, wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim no. 810)

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan, “Hadits ini adalah dalil akan bolehnya mengutamakan sebagian Al-Qur’an dari lainnya dan mengutamakannya dari selain kitab-kitab Allah. … Maknanya adalah pahala membacanya begitu besar, itulah makna hadits.”

Apa sebab ayat kursi lebih agung? Imam Nawawi menyebutkan, para ulama berkata bahwa hal itu dikarenakan di dalamnya terdapat nama dan sifat Allah yang penting yaitu sifat ilahiyah, wahdaniyah (keesaan), sifat hidup, sifat ilmu, sifat kerajaan, sifat kekuasaan, sifat kehendak. Itulah tujuh nama dan sifat dasar yang disebutkan dalam ayat kursi. (Syarh Shahih Muslim, 6: 85)

oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Dapat Syafaat dengan Membaca Surat Al Mulk

Bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan syafaat dari Allah Jalla Jalaluh dengan surat Al Mulk? Mari kita simak sabda Rasulullah dibawah ini,


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ}. وفي رواية: فأخرجته من النار و أدخلته الجنة » حسن رواه أحمد وأصحاب السنن.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Satu surat dalam Alquran (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafaat (dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat Al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud no. 1400, At-Tirmidzi no. 2891, Ibnu Majah no. 3786, Ahmad 2:299, dan Al-Hakim no. 2075 dan 3838, dinyatakan shahih oleh Imam Al-Hakim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh imam At-Tirmidzi dan syaikh Al-Albani).

Hadis yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu, karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafaat dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. (Faidhul Qadir, 2:453)

Hadis ini semakna dengan hadis lain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Satu surat dalam Alquran yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan.”

(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 3654 dan Al-Mu’jamush Shagir no. 490, dinyatakan shahih oleh Al-Haitsami dan Ibnu Hajar dinukil dalam kitab Faidhul Qadir 4:115 dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagir no. 3644).

Faidah penting yang terkandung dalam hadis ini:

1. Keutamaan dalam hadis ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat Al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya. (Faidhul Qadir, 4:115).

2. Surat ini termasuk surat-surat Alquran yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya. (HR At-Tirmidzi no. 2892 dan Ahmad 3:340, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 585).

3. Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur). (Tafsir al-Qurthubi, 18:205). Akan tetapi penamaan ini disebutkan dalam hadis yang lemah. (Dha’ifut Targibi wat Tarhib, no. 887).

4. Alquran akan memberikan syafaat (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya (Bahjatun naazhirin, 2:240), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Bacalah Alquran, karena sesungguhnya bacaan Alquran itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia).” (HR. Muslim no. 804).

oleh Ustadz Abdullah Taslim

70 Ribu Malaikat Beserta Ayat Kursi, Benarkah?


Beredar sebuah hadist yang menjelaskan tentang keutamaan ayat kursi, hadits ini berbunyi "Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah SWT akan mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya – mereka semua akan memohon keampunan dan mendoakan baginya."

Pertanyaan : Benarkah hadits tersebut?

Jawaban :

Sebagaimana karakteristik hadits palsu/ma’udhu adalah pahala yang besar-besaran, saking besarnya untuk menarik kaum muslimin mengamalkannya, padahal bukan bagian dari agama, dan ini adalah upaya ahlul bid’ah untuk mengaburkan kaum muslimin dari agama sebenarnya.

Keterangan pahala ini tidak ada asalnya. Kalau tidak ia berdusta atau ia berhujjah dengan hadits dhoif. Cukuplah doa dan dzikir ketika hendak pergi adalah :

بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

“Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepadaNya, dan tiada daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah”. [HR. Abu Dawud 4/325, At-Tirmidzi 5/490, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/151.]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan berbuat bodoh atau dibodohi”. [HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336.]

Adapun jika ia naik kendaraan, umpama motor dan mobil, atau pesawat, ditambah dzikir menaiki kendaraan :

بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.

“Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah! Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” [HR. Abu Dawud 3/34, At-Tirmidzi 5/501, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/156.]

Benarkah Buya Hamka adalah Wahabi?

Banyak orang yang belum mengetahui tentang hal ini, namun disini kami membongkar habis 17 fakta yang jarang diungkap tentang apakah benar Buya Hamka adalah seorang Wahabi. Kami mencoba mengutip langsung dari perkataan Buya Hamka sendiri sehingga dijamin keasliannya. Sumber-sumber kutipan tersebut berasal dari buku-buku yang telah dikarang oleh beliau. Anda dapat merujuk sendiri tulisan tersebut berdasarkan judul buku karangan Buya Hamka yang penulis cantumkan dibawah.


Hamka

Sebenarnya tidak ada yang salah tentang dakwah wahabi, karena pada hakikatnya dakwah wahabi adalah dakwah salafiyyah, yang mengajarkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang murni. Namun, yang menjadi masalah adalah stigma sesat yang dilekatkan pada Wahabi itu sendiri. Oleh karenanya Hamka sendiri bangga apabila dakwah beliau dianggap sebagai dakwah wahabi dalam arti memurnikan tauhid seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Berikut ini adalah bukti dan faktanya:

FAKTA 1: MENDUKUNG WAHABI

Buya Hamka sangat tegas mendukung dakwah salafiyyah yang ketika itu sering disebut sebagai Wahabi. Hal ini nampak jelas pada perkataan beliau pada salah satu bukunya bahwa:

"Wahabi ialah meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang akan membawa kepada syirik. Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut melainkan Allah SWT. Wahabi adalah menantang keras kepada Jumud, yaitu memahami agama dengan beku. Orang harus kembali kepada Al-Qur'an dan al-Hadits."

Sumber: Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Hal. 213-216, Penerbit Gema Insani, Cet.1, Agustus 2017.

FAKTA 2: MASALAH TAWASUL DI KUBURAN

Buya Hamka dikenal sangat tegas dalam masalah aqidah. Beliau terang-terangan membantah orang yang mengerjakan kesyirikan di kuburan karena perbuatan tersebut jelas-jelas menyelisihi Aqidah Salafiyyah/Ahlus Sunnah wal Jamaah yang melarang tawasul syirik. Buya Hamka berkata:

"Yang lebih disayangkan lagi ialah kesalahan penilaian mereka tentang arti wali Allah. Mereka pergi ke kuburan orang yang mereka anggap di masa hidupnya jadi wali, lalu dia memohon apa-apa di situ. Padahal ayat-ayat itu menyuruh orang bertauhid, mereka lakukan sebaliknya, jadi musyrik. Kalau ditegur dia marah, hingga mau dia menyerang orang yang menegurnya itu, seperti tersebut pada ayat 72 di atas tadi."

Sumber: Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 153-156, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015.

Salafi


FAKTA 3: MEMUJI SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB

Buya Hamka sangat mencintai Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Ulama Salafiyyah/Ahlus Sunnah yang selalu menjadi inspirasi Buya Hamka dalam berdakwah. Ketika mengisahkan sejarah hijaz beliau menyinggung tentang Syaikh, Buya Hamka berkata:

"Sejak munculnya cahaya Islam 1000 tahun sebelumnya boleh dikatakan bahwa di tanah Arab sendiri sedikit sekali Islam meninggalkan jejak. Kebesaran Islam telah dikecap nikmatnya oleh negeri-negeri dan umat lain. Damsyik dan Baghdad telah merasakan nikmat itu. Pahlawan-pahlawan Islam yang banyak telah berpindah dibawa kewajiban suci mengembangkan Islam ke negeri-negeri yang baru dibuka, seperti Mesir, Syam, Kufah, Basrah, Wasith. Bahkan, ada sahabat yang wafat di Qairuan, Afrika, dan ada yang berkubur di Konstantinopel. Oleh sebab itu, Tanah Arab menjadi sepi lahir dan batin. Pemikiran-pemikiran besar tidak tumbuh lagi di sana. Hanya Kota Mekah dan Madinah yang masih dapat memelihara kebesarannya karena di sana tempat beribadah. Adapun negeri-negeri yang lain kian lama kian muram. Kehidupan tidak ada perubahan (statis). Kemajuan ilmu pengetahuan tidak ada sama sekali.

Orang-orang telah amat jauh dari hakikat ajaran Islam. Mereka menjadi penyembah kuburan, penyembah keramat dan budak azimat serta tangkal. Dari empat Imam madzhab besar, hanya seorang yang muncul di Madinah, yaitu Imam Malik ibnu Anas. Demikianlah halnya yang terjadi selama 1000 Tahun, barulah muncul cahaya baru di tengah-tengah padang pasir itu pada Tahun 1116 H (1704 M), yaitu 12 Abad setelah tiadanya Nabi saw. Dengan lahirnya Syekh Muhammad ibnu abdul Wahab, guru besar ajaran Wahabi yang masyhur.

"Kembali pada ajaran Rasul saw. yang asli", adalah dasar pengajarannya. Tauhid yang khalis, yang tidak bercampur dengan syirik sedikit juga ke sanalah semua umat harus pulang agar selamat dunia dan akhirat. Perbaharui kembali keimanan dan bangkitkan semangat baru adalah sari ajaran Muhammad ibnu Abdul Wahab. Ajaran ini muncul setelah ia mengembara terlebih dahulu keluar dari negerinya, belajar agama di Kota Damsyik, dan sangat dipegangnya ajaran Ibnu Taimiyyah, murid dari Ibnu Qayim, Ibnu Rajab dan lain-lain. Semua adalah ulama-ulama Madzhab Hanbali."

Sumber: Sejarah Umat Islam, Hal. 288-292, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2016.

Lihat fakta menarik selanjutnya dengan klik link dibawah ini.

12 Fakta Mengagumkan Radio Rodja dan Rodja TV

Banyak yang ternyata belum tahu fakta dibalik TV Rodja dan Radio Rodja. Disini akan dibahas fakta mengagumkan dan mencengangkan yang membuat masyarakat Indonesia menjadi terkejut.

FAKTA 1: SEJARAH RODJA

Rodja TV
Logo Radio Rodja dan Rodja TV

Sejarah berdirinya Radio Rodja dimulai ketika Ustadz Badrusalam pulang dari Madinah. Beliau memulai ceramah di Masjid Al Barkah setiap pekan sebelum sebesar sekarang. Pada 2005, guna menyebarkan dakwah sunnah agar tersebar, para pemuda Masjid Al Barkah mulai mendirikan sebuah radio melalui Yayasan Cahaya Sunnah. Radio tersebut ditetapkan dengan nama "Rodja", yang berasal dari singkatan Radio Dakwah Ahlussunnah wal Jamaah.

Bermodal uang sekitar Rp 3,5 juta, Radio Rodja mengudara untuk kali pertama, Maret 2005. Ketika itu semua masih serba sederhana. Alat pemancar dirakit sendiri. Studio siaran memanfaatkan salah satu ruangan Masjid Al Barkah. Radius jangkauan siarannya pun hanya sekitar 5 kilometer. Rupanya kehadiran Radio Rodja mendapat respons positif masyarakat. Bertambahnya pendengar, persoalan kemudian muncul. Pada 2007, siaran Rodja tertimpa oleh saluran radio milik Angkatan Laut yang memakai jangkauan frekuensi lebih besar. Gara-gara itu para pendengar protes. Mereka heran radio dakwah seperti Rodja menyiarkan program musik. Akhirnya, sejumlah pendengar berinisiatif menggelar pertemuan di Masjid Al Barkah, tempat Rodja bermarkas. Pertemuan dihadiri sekitar 40 orang pendengar. Mereka sepakat Rodja harus diselamatkan. Forum akhirnya memutuskan mengganti frekuensi siaran Rodja dari 107.9 FM menjadi 756 AM.

Bantahan Terhadap Buku 37 Masalah Populer Ustadz Abdul Somad

Buku ini dirilis sebagai catatan terhadap kesalahan yang terdapat pada buku Ustad Abdul Somad. Beberapa kesalahan tersebut ditanggapi secara ilmiah dan disertai oleh dalil Al Qur'an dan As Sunnah. Bagi anda yang tertarik, anda dapat download buku bantahan tersebut di situs ini.

Penulis buku ini bernama Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi hafizhahullah yang berasal dari Gresik. Beliau telah belajar langsung kepada banyak Ulama Ahlus Sunnah seperti Syaikh Dr. Sami Muhammad, menantu Syaikh Ibnu Utsaimin dan Imam Jami’ Ibnu Utsaimin; Syaikh Dr. Khalid al-Mushlih; dan Syaikh Dr. Abdur Rahman bin Shalih ad-Dahsy.

KESALAHAN 2: BUKU

37 Masalah Populer

Latar belakang dari penulisan buku ini dikarenakan sebagian orang bertanya kepada Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi tentang buku tersebut dan mengirimkannya kepada beliau. Setelah Ustadz Abu Ubaidah membacanya, beliau mendapati sejumlah kesalahan di dalamnya. Sebab itu, Ustadz Abu Ubaidah merasa terpanggil untuk menggoreskan beberapa catatan ilmiah atas beberapa kesalahan yang terdapat dalam buku tersebut sebagai bentuk nasihat kepada umat agar tidak terjatuh dalam ketergelinciran (kesalahan) tersebut.

Pada buku ini, Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi hafizhahullah mengkritisi beberapa kesalahan Ustadz Abdul Somad hafizhahullah yang terbagi pada permasalahan aqidah, yang mana masalah ini merupakan kesalahan yang sangat tidak bisa ditolerir, kemudian masalah hadits dimana hal ini merupakan pilar utama dalam agama yang harus diperhatikan, dan diakhiri dengan kritik dari sisi fiqih. Bagi anda yang tidak fanatik terhadap satu ustadz saja dan berniat ingin mencari kebenaran, silakan klik Download Ebook Catatan Terhadap Buku 37 Masalah Populer PDF 169 Halaman: 


Sekedar informasi, jika anda kebingungan tentang bagaimana cara mendownloadnya, silakan klik : Panduan Download dari Safelink, di halaman tersebut sudah kami jelaskan tentang caranya.